Cinta Penggugah jiwa

Betapa kehidupan selalu penuh ironi. Nah ini, hubungan Mif dan Fauzia ditentang karena mereka berbeda (beda kelompok agama). Sebuah pertemuan tak disengaja di dalam bus membuat Mif dan Fauzia bertukar alamat surel. Mereka memang berasal dari satu desa yang sama, Centong, tapi tak pernah akrab waktu kecil. Bukan hal yang mengherankan, lantaran Mif adalah anak tokoh Masjid Utara, sedangkan Fauzia anak tokoh Masjid Selatan. Saat itu Mif, yang sudah lulus kuliah di Yogya, bekerja sebagai editor buku. Sementara itu, Fauzia kuliah di Surabaya dan sebentar lagi wisuda. Diawali sebuah surel dari Mif, hubungan dan kisah cinta di antara mereka berdua terjalin.Sejak awal Mif dan Fauzia tahu, tak akan mudah memperjuangkan cinta mereka. 

Awalnya, Mif dan Fauzia sama-sama mengira bahwa Pak Kandar (bapak Mif) dan Pak Fauzan (bapak Fauzia) adalah dua orang tokoh agama Islam yang berseberangan dan saling membenci. Yang pertama tokoh Pembaharu, yang terakhir tokoh Nahdliyin. Mif dan Fauzia kemudian sepakat untuk pulang ke Centong dan berbicara pada orang tua terkait rencana mereka untuk menikah.Tak dinyana, dari cerita yang dituturkan Pak Kandar dan Pak Fauzan, dari sebendel surat-surat lama yang disimpan Pak Fauzan, serta cerita dari Pak Anwar belakangan, Mif dan Fauzia masing-masing akhirnya mengetahui sejarah dua kelompok muslim yang berseberangan di Centong sejak tahun 1960-an dan sejarah hubungan Is dan Mat. Mereka akhirnya tahu, bahwa Is dan Mat bukanlah dua orang yang saling membenci. Bukan, mereka adalah dua orang sahabat bagai saudara yang terpaksa berada di posisi yang berseberangan, dan terpaksa tak saling menyapa selama puluhan tahun.Tahulah kini Mif dan Fauzia, yang harus mereka hadapi bukan sekadar dua orang tua yang telah lama tak saling menyapa, melainkan dua kelompok penduduk Centong: 

orang Utara dan orang Selatan."Dan, apa salahnya berbeda? Tuhan menciptakan makhluk juga berbeda-beda... Dan, mereka memang menjadi dua orang yang berbeda. Tapi, karena apa yang kalian lakukan--atau apa yang kalian tidak lakukan--anak-anak kalian jadi dua orang yang berbeda sekaligus saling ingin melenyapkan." (Anwar, hlm. 338)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TRADISI TUJUH BULANAN DI MASYARAKAT KABUPATEN SERANG

Bangga menjadi Perempuan

Seorang Diri